
Invalid Date
Dilihat 5 kali

Cerita KKN 2025. Keberagaman seringkali menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kerukunan dan persatuan. Beberapa daerah konflik antar umat beragama terjadi karena perbedaan pandangan dan kurangnya pemahaman akan konsep toleransi. Berbeda halnya dengan Tana Toraja, masyarakatnya mampu menjaga hubungan yang harmonis antar umat beragama.
Lembang Madandan, Kecamatan Rantetayo, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tempat di mana toleransi bermula, bukan hanya sekedar konsep teoritis, melainkan aksi nyata yang telah diwariskan secara turun-temurun melalui adat dan budaya. Masyarakat yang membangun dan menjaga toleransi antar umat beragama, peran adat dan agama dalam membentuk kehidupan yang penuh nilai-nilai toleransi, serta kolaborasi berbagai pihak yang berperan penting dalam menjaga dan merawat keberagaman yang ada.
Salah satu faktor utama yang membuat Madandan bebas dari konflik agama adalah nilai-nilai kekeluargaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Banyak keluarga yang memiliki agama yang berbeda, namun hal terse but tidak menjadi sumber perpecahan, melainkan bagian dari kenyataan yang harus diterima dengan lapang dada.
Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari, di mana seorang non-muslim dapat membantu menyiapkan menu sahur dan berbuka puasa selama bulan Ramadhan untuk saudara-saudaranya yang beragama Islam, sementara seorang Muslim membantu mengantar mereka ke gereja dan bahkan mempersiapkan perayaan Natal. Toleransi ini tidak hanya sebatas wacana atau omong kosong belaka, namun sudah menjadi bagian dari kehidupan yang diwariskan secara turun-temurun.
Peran berbagai pihak sangat penting mulai dari tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, media, dan masyarakat bersatu menjaga dan memelihara toleransi. Tokoh adat dan tokoh agama berperan sebagai penjaga nilai-nilai budaya dan spiritual yang menjadi pedoman masyarakat, memberikan nasihat dan contoh nyata hidup berdampingan secara harmonis.
Agama tidak digunakan sebagai alat pemecah belah, melainkan menjadi perekat kehidupan sosial. Islam dengan Rahmatan lil 'Alamin (kasih sayang bagi alam semesta) sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Muslim di Madandan. Mereka meneladani sikap Nabi Muhammad yang dalam sejarahnya selalu berinteraksi dengan non - Muslim dengan cara yang baik dan penuh kasih. Di sisi lain, umat Kristiani juga menerapkan ajaran Cinta Kasih dan Pengampunan dalam interaksi sosial mereka.
Lebih dari itu, melibatkan generasi muda dalam adat adalah cara Madandan melindungi identitasnya dari peluruhan. Di dunia yang makin tegerus modernitas, identitas budaya bisa dengan mudah tergantikan oleh nilai-nilai yang seragam dan tidak berakar. Madandan berdiri sebagai contoh kecil dari bagaimana masyarakat lokal dapat menjaga harmoni antariman dan antarbudaya, mereka menyatu dengan akar-akar budayanya sendiri. Keberagaman budaya menjadi kekayaan bangsa yang harus terus dijaga dan dilestarikan.
Madandan mengajarkan bahwa toleransi tidak tumbuh dari ruang hampa, melainkan dari proses panjang membangun rasa saling percaya dan menghormati melalui kehidupan bersama-sama. Dalam konteks ini, adat bukan sekadar warisan nenek moyang, melainkan alat pemersatu, jembatan penghubung lintas generasi dan perisai dari perpecahan. Olehnya itu, merawat adat bukan berarti menolak kemajuan. Sebaliknya, ini adalah upaya menjadikan kemajuan tetap berpijak pada jati diri dan tidak melupakan darimana asal berada.
Pemerintah berperan dalam menjaga stabilitas sosial. Kebijakan yang mendukung keberagaman dan program yang memperkuat hubungan toleransi antar umat beragama di Lembang Madandan, Tana Toraja tetap terjaga sampai saat ini.
Lembang Madandan merupakan contoh nyata bahwa keberagaman tidak selalu harus berujung pada konflik. Selama pondasi kekeluargaan semakin diperkuat, peran adat istiadat, budaya yang masih dijunjung tinggi, serta nilai-nilai agama yang mengedepankan cinta kasih dan kerukunan. Semestinya masyarakat mampu menjaga kerukunan, meski hidup di lingkungan yang heterogen (beragam).
Toleransi di Lembang Madandan adalah cerminan bagaimana Suara Adzan Masjid dan Lonceng Gereja dapat hidup berdampingan dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi daerah lain di Indonesia bahkan dunia, bahwa kerukunan dalam keberagaman bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan jika kita ingin saling menjaga.
Penulis: Khairul Subhan Basri
#kkndesabinaaniainparepare2025
#aksinyata_tumbuhbersama
Bagikan:

Lembang Madandan
Kecamatan Rantetayo
Kabupaten Tana Toraja
Provinsi Sulawesi Selatan
© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia
Pengaduan
0
Kunjungan
Hari Ini